9 Mar 2014

siksa neraka yang amat pedih bagi perempuan

assalamualaikum ^^ 

kali ini nadia mau nulis kisah yang mungkin udah pernah kalian denger, tapi disini nadia ingin sekedar sama-sama mengingatkan, terutama sesama muslimah. bahwa sesungguhnya rasul saw sangat sayang pada umatnya terutama pada kaum hawa, semoga share nadia kali ini bermanfaat yaa amiin

suatu hari, Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah meninggalkan rumah untuk berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. semenjak menikah dengan Ali, Fatimah tidak lagi tinggal bersama rasulullah. Maka sebagai pengobat rindu hati Fatimah dan Ali terhadap Rasulullah, mereka selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi sang ayah.

Namun pada kunjungan hari itu mereka mendapati Rasulullah tidak sebagaimana biasanya. Dari luar rumah terdengar suara tangisan Rasulullah yang menyayat hati. Ali dan Fatimah segera masuk ke dalam rumah ingin segera mengetahui apa yang sedang terjadi pada Rasulullah.

Rasulullah sedang duduk termenung di dalam rumah. Tergurat kesedihan yang amat dalam di wajahnya. Air matanya terus meleleh membasahi kedua pipi yang putih bagaikan pualam. Sesuatu yang besar telah terjadi hingga Rasulullah menangis tiada henti.

“Assalamua’alika Ya Rasulallah, Apa yang telah terjadi, ” tanya Ali.
“Wahai ayah, sesuatu apakah yang telah membuat ayah bersedih. Mengapa air mata ayah terus menetes?” sambung Fatimah.
Rasulullah memandang putri dan menantunya, lalu beliau berkata,

“Tadi malam ada seseorang yang mengajakku naik ke langit, Lalu membawaku ke suatu tempat yang sangat mengerikan. Jurang-jurang dalam yang dipenuhi dengan api yang berkobar. Lalu aku melihat orang-orang perempuan dari umatku yang disiksa dengan bermacam-macam siksaan. Begitu dahsyatnya siksaan itu hingga mereka menjerit-jerit kesakitan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis seperti ini”. “Wahai anakku

Diantara siksaan itu, aku melihat perempuan-perempuan yang digantung dengan rambutnya lalu otaknya mendidih”.

“Kemudian aku melihat perempuan-perempuan yang digantung dengan lidahnya, lalu air panas mendidih dituangkan ke tenggorokannya”.

“Di sudut yang lain aku melihat perempuan-perempuan yang diikat kedua kakinya hingga puting payudaranya dan kedua tangannya diikatkan pada ubun-ubunnya, kemudian Allah memerintahkan ular-ular berbisa dan kalajengking untuk menggigit dan menyengat tubuh-tubuh mereka”.

“Tidak hanya itu. Ada lagi perempuan-perempuan yang digantung dengan kedua puting payudaranya”.

“Lalu aku lihat perempuan-perempuan berkepala babi namun tubuh mereka seperti keledai dan telah disiapkan untuk mereka satu juta macam siksaan yang lain”.

“Aku juga melihat perempuan-perempuan yang wajahnya seperti anjing, sedangkan api masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya, lalu malaikat memukul mereka dengan palu-palu dari api”.

Rasulullah diam. Sesekali beliau mengusap air mata yang membasahi pipinya. Lalu bertanyalah Fatimah, “Wahai Ayahku tercinta, Apakah yang telah diperbuat oleh perempuan-perempuan itu? Sehingga mereka harus menerima siksaan yang sangat mengerikan itu?”

Rasulullah menjelasakan, “Wahai putriku, perempuan-perempuan yang digantung dengan rambutnya itu adalah perempuan yang tidak mau menutup rambutnya dari laki-laki yang bukan mahram”. Dia malah bangga apabila ada laki-laki yang terpesona dengan keindahan rambutnya sehingga dia enggan mengenakan kerudung atau jilbab.

“Sedangkan perempuan-perempuan yang digantung dengan lidahnya adalah mereka yang mulutnya sering mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati suaminya”. Istri yang seharusnya bertutur kata yang baik, lemah lembut dan santun terhadap suami, ternyata malah sering melontarkan umpatan, celaan, hinaan dan kata-kata yang kasar. Maka itulah pembalasan yang setimpal dengan perbuatannya.

“Lalu perempuan-perempuan yang digantung dengan puting payudaranya itu adalah perempuan yang menyakiti suami di tempat tidur”. Dia suka menolak ajakan suami di tempat tidur dengan tanpa alasan yang jelas.

“Lalu kenapa dengan perempuan-perempuan yang kedua kakinya diikat hingga puting payudaranya dan tangannya sampai ubun-ubun, lalu tubuhnya digerogoti ular dan kalajengking itu Ya Rasulullah…” tanya Fatimah.

“Mereka adalah perempuan yang tidak mau segera mandi junub setelah suci dari haid dan suka melalaikan shalat”. jawab Rasulullah.

“Bagaimana dengan perempuan-perempuan yang berkepala babi dan bertubuh keledai? Kesalahan apa yang telah mereka lakukan?” tanya Fatimah.

“Wahai Fatimah, mereka adalah perempuan yang suka mengadu domba dan suka berbuat dusta”. Dia sebarkan berita-berita dusta untuk mengadu domba manusia.

“Sedangkan perempuan-perempuan yang yang bertubuh seperti seekor anjing, lalu api dimasukkan ke mulutnya dan keluar melalui duburnya adalah perempuan yang suka mengungkit ungkit pemberian dan suka dengki terhadap kenikmatan yang orang lain” jelas Rasulullah.

Fatimah dan Ali tertegun mendengar cerita yang merupakan kejadian nyata yang dilihat oleh Rasulullah dalam perjalanan Isra’ Mi’raj. Allah sengaja menunjukkan kejadian-kejadian itu kepada rasulNya agar menjadi peringatan bagi seluruh umat, khususnya orang-orang yang beriman.

Di akhir cerita Rasulullah berpesan kepada Fatimah, “Wahai anak perempuanku.. Celaka bagi seorang istri yang menentang pada suaminya” Hadits Riwayat Az Zawajir

nauzubillahminzalik ya allah, semoga kita di jauhi dari siksa neraka yang amat pedih dan senanisa selalu ingin mendekat kepada-Nya amiiin o:( jangan ditunda-tunda lagi kita harus terus menerus memproses diri untuk memperbaiki cara beragama kita selama ini, jangan merasa sudah sempurna kemudian kita berhenti belajar. 

terimakasih sudah berkunjung ke blog nadia, semoga bermanfaat :)
wassalamualaikum wr wb ^^


8 Mar 2014

cerita horor: hantu muara mauk

Assalamualaikum readers ^^

Kali ini nadia bakal cerita tentang yang berbau-bau horror nih, yang bakal bikin bulu kuduk kalian bakal merinding dan ketakutan heheh, yaudah mulai cerita, inilah ceritaku...
Cerita ini aku alami ketika aku sedang melakukan kuliah kerja nyata di desa mauk barat. kuliah kerja nyata atau sering kita sebut dengan kkn adalah salah satu tugas yang harus di lakukan seluruh mahasiswa di kampusku pada semester 6. Kami tinggal bersama warga di kampung cinamprak selama sebulan penuh. Kami mengikuti kebiasaan adat istiadat dan kegiatan yang ada di kampung tersebut, kami juga banyak menyelenggarakan acara dan membantu kampung cinamprak seperti mengajar, penyuluhan, memperbaiki perangkat desa dll.

Singkat cerita, hari itu adalah hari terakhir kami di desa cinamprak, yaa buat kami suatu kesedihan tersendiri untuk kami meninggalkan desa mauk barat dengan seribu satu cerita selama sebulan di dalamnya. Ya kami yang terdiri dari 16 orang dari berbagai macam fakultas, kami sangat menikmati kehidupan kami di desa tersebut dengan berbagai suka cita. Sore itu kami ingin mencoreng sedikit kisah manis di dalamnya dengan jalan jalan sore di hari terakhir, ya walaupun kita hampir setiap sore jalan-jalan kalau ga ada kegiatan tapi jalan-jalan sore kali ini berbeda, berbeda karena kami ingin menikmati hari terakhir kita di desa itu dan ada sedikit cerita misteri di dalamnya.

Sore itu aku bersama 9 orang yang lainnya pergi kemuara desa itu, muara itu sudah ke dua kalinya aku kunjungi, tempatnya sangat indah, angin kencang dan udara yang segar menemani kami di sore itu. Tempatnya sangat sulit di jangkau, dan tidak ada rumah penduduk disana, sangat tenang dan indah. Banyak burung-burung berterbangan dan matahari sore menemani hangatnya suasana saat itu.

Kami sangat menikmatinya, kami bercanda dan tiada hentinya kami berfoto-foto, membuat video dll. saat itu kami ke muara jam 5 sore, ya menjelang magrib kami ke muara itu, karena tempatnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kita. Di perjalanan banyak sekali anak kecil dan warga yang menyapa kita, disna penduduknya sangat ramah dan itu yang membuat kita cinta tinggal disana.

Satu jam merupakan waktu yang sangat singkat untuk kami saat berada disana. Dan azan maghribpun berkumandang, waktu itu kita sedang berfoto-foto dan ada salah satu temanku yang mengajak kita pulang, ya karena memang waktu sudah magrib dan dia merasakan kehadiran makhluk halus saat kita berfoto. Awalnya aku tidak merasa ada yang salah dengan tempat itu, tapi, ada salah satu temanku yang merasakan kehadiran makhluk selain manusia ditempat itu. Dan suasana ceria dalam sekejap menjadi hening dan mengerikan! Ternyata makhluk halus itu berfoto bersama kita!! sosok yang mengerikan berbadan besar selayaknya genderuwo penghuni muara tersebut. di foto itu dia menammpakan tangannya dengan ketiga jarinya yang mengikuti gaya kita sambil mengangkat tangan, lihat ini:

dan sosok itu semakin ingin menampakan dirinya untuk mengganggu kita, ya mungkin salah kita juga main ke muara di waktu magrib, ternyata benar apa yang dulu orang bilang kalau magrib ga boleh bermain di luar rumah, dan sekarang aku membuktikannya sendiri, di tempat ini kami bertemu dengan sosok makhluk halus. chek this::

bulu kudukku seketika merinding, seolah tidak percaya dengan apa yang ada di gambar tersebut,makhluk halus itu semakin memperlihatkan dirinya, dan kita dengan perasaan takut pergi dari tempat itu dan segera pulang ketempat tinggal kita untuk mengerjakan kewajiban kita solat maghrib berjamaah. dan kita semua melupakan kejadian di sore itu.

keesokan harinya kita pulang menuju jakarta, setengah dari kami pulang menggunakan kendaraan bermotor, dan setengahnya lagi menggunakan mobil. dan saya pulang menggunakan mobil dengan 8 orang lainnya. dan di mobil kami banyak bersendagurau dan berbincang. ada perbincangan yang menarik saat itu, ada salah satu teman ku yang membuka perbincangan mengenai kehororan selama kami tinggal di mauk.

yang pertama, di tempat tinggal perempuan, rumah yang sudang 12 tahun tidak dihuni! dan aku baru mengetahuinya saat perjalanan pulang, bayangkan sudah 12 tahun tidak di huni, tapi waktu datang pertama kali ketua kelompok kita hanya bilang 2 tahun tidak di huni jadi ya kita tenang-tenang aja alias wajar, pas dateng survey oleh beberapa orang di antara kita laporannya memang rumahnya sangat-sangat memprihatinkan, selayaknya rumah kosong yang tidak ada penghuninya. rumput liar di depan halaman rumah menjulang sangat tinggi dan ubin yang penuh dengan kotoran dan debu. tapi karena rumah itu mau kami tinggalkan sebulan jadi kami menyuruh tukang untuk membersihkan rumah itu, memotong rumputnya, memperbaiki keran air dll..

sampai di sana tidak ada kekhawatiran khusus, karena rumahnya cukup besar dan nyaman, hanya saja masih banyak kotoran dimana-mana. jadi di hari pertama itu kami khususkan untuk membersihkan rumah dan malemnya membuat pengajian yang sering di sebut dengan selametan supaya menghindari hal yang tidak diinginkan. tapi selama sebulan itu banyak kejadian-kejadian mengganjal, terutama di kamar mandi dan tempat pencucian piring yang jarang bersihnya.

hawa yang paling beda di rasakan dari rumah itu ya memang dapur dan kamar mandi, suasananya panas, sehabis mandi bukannya seger malah jadi gerah, beda banget saat kita mandi di balai desa. kebetulan kamarku tidak terlalu jauh dari kamar mandi pernah suatu malam aku mandi malam hari, karena jadwal yang numpuk jadi mau ga mau aku mandi malam, pas itu kaya ada yang mengintip dari luar, pas di panggil-panggil memang tidak ada orang cuma ada 2 orang teman ceweku yang lagi tiduran di kamar. sehabis keluar dari kamar mandi suasana rumah sepi, dan aku bertanya kepada salah satu temanku yang berada di kamar yang sedang memainkan hp, "pi, tadi ada anak cowo masuk ga? atau ada orang masuk gt?" tanyaku penasaran,"engga kok, dari tadi disini cuma gw sama ujoh" katanya tenang. dan aku mulai teringat kata-kata ibu penjual nasi uduk tadi pagi  "neng jangan mandi tengah malem ya, nanti di intip genderuwo" aku hanya tersenyum mendengar perkataan ibu separuh baya itu. apa iya yang tadi meningtip itu adalah genderuo? ya allah badanku lemas dan ketakutan, seringkali suara-suara aneh juga sering terdengar dari kamar mandi itu, semenjak itu aku tidak berani lagi mandi malam hari...

dan yang kedua di balai desa, tempat para pria tidur disana. kata orang di balai desa itu pernah ada yang meninggal di sana, konon katanya ada seseorang ibu yang sedang mencari anaknya, dalam perjalanan iya beristirahat di depan balai desa, keesokan paginya dia meninggal di tempat, dan tidak ada warga yang tau dia meninggal kenapa, mungkin kelelahan, yaa mungkiin..

tp arwahnya masih bergentayangan di balai desa itu, makanya di depan balai desa selalu di sediakan bangku kosong, katanya dia selalu duduk di bangku itu. pernah kita di jahilin makhluk itu, ceritanya gini, saat itu kami ber 6 sedang melakukan permainan kartu tepok nyamuk di depan balai desa, ya hanya ingin melepas penat, waktu itu sudah menunjukan jam 12 malam, tengah malam dan sangat sepi dilihat dari arah jalan raya.

ternyata ada yang melempar-lempar batu ke dalam danau yang ada di depan balai desa itu. ternyata ada dua orang teman kami yang iseng ngelempar-lempar sesuatu agar kita takut... arahnya dari arah kamar tempat anak cowo, tempat menaruh koper dan baju-bajunya. dan ga lama kemudian arah timpukan itu menjadi dari samping rumah balai desa, pikir kita mungkin dia pergi ke samping balai desa lewat pintu belakang, jadi ada hasrat untuk kita mengerjai mereka dengan masuk ke dalam dan mengunci seluruh pintu dan jendela niatnya biar mereka ga bisa masuk, siapa suruh ngerjain kita. kita sambil ketawa-ketawa puas karena berhasil mengerjai mereka.

dan ternyata mereka keluar dari kamaar!!! mereka bilang tidak keluar dari tadi, mereka bilang dan mengaku kalau mereka memang menimpuk-nimpuk sesuatu ke arah danau, tapi itu hanya dari arah kamar! terus siapa yang menimpik dari arah samping balai desa itu? :( suasananya menjadi agak horor dan bulu kudukku lagi-lagi merinding saat itu. dan aku dan 2 orang teman perempuanku langsung ngibrit ke rumah kontrakan.. ya tuhaaaan, siapa yang tadi melempar-lemparkan batu, pikiranku melayang dan selalu tiada hentinya membaca ayat kursi, setidaknya itulah yang membuat hati kita tenang dari ketakutan makhluk halus.

dan banyak lagi cerita-cerita horor dan hal yang mengganjal saat kami kkn saat itu. dan alhamdulillahnya kami sering ngaji bersama sehabis magrib di rumah kontrakan dan balai desa jadi tidak ada yang kerasukan selama sebulan itu, dan banyak al-quran dan tasbih di rumah kontrakan kami itu. jadi selama kita tidak mengganggu makhluk itu dan selalu mencoba mendekatkan diri kepada-Nya kita akan selalu di lindungi. walaupun banyak tetangga yg agak khawatir, tp mereka senang karena dengan keberadaan kami menempati rumah itu suasana di sana jadi rame, dan tidak pernah sepi karena banyak sekali anak-anak yang datang setiap harinya.

aku pun belajar benyak dari pengalaman-pengalamanku itu. bahwa memang ada beberapa hal yang memang rahasia dan lebih baik dibiarkan menjadi rahasia.. dan sebuah pantangan adalah suatu hal yang sakral, jangan pernah coba untuk melanggarnya...

SEKIAN

4 Mar 2014

tidak hanya sekedar menikah

Assalamualaikum ^^

Kali ini nadia mau ngeshare cerita si deni yang menceritakan tentang temannya zen dan menarik untuk aku tulis malam ini di simak yaa ^^

Namanya zen, ia temanku yang allah karuniai paras rupawan. Usianya terbilang muda dengan posisi strategis di salah satu perusahaan milik Negara, wanita mana yang tidak tertarik kepadanya. Bahkan tak jarang seorang ibu atau bapak “menawarkan” putrinya untuk dinikahi zen. Namun seperi biasa, zen mengabaikannya.

Hampir dua tahun saya mengenalnya. Dalam waktu itu pula, kesehariannya hanya ia lewati tidak lebih dari lima lokasi. Kantor tempat ia bekerja, restoran tempat ia makan, toko serba ada di sebrang kantor, lembaga kursus bahasa, dan masjid tempat ia berlama-lama. Entah apa yang di pikirkan dan di lakukannya di masjid itu. Khususnya hari libur, ia bisa habiskan waktunya dengan diam di masjid.

Buku dan majalah bertema social-spiritual menumpuk di salah satu sudut kamarnya. Kadang saya melihat kamarnya terbuka, sedangkan ia tertidur dengan majalah serta buku berserakan di atas tempat tidurnya.
Jika kebetulan saya lewat kamarnya, dan ia sedang mengerjakan sesuatu, ia pasti menawari saya masuk untuk sekedar membicarakan pekerjaan, lingkungan sekitar, dan tak jarang saya pun terpancing untuk menyinggung masalah pernikahan.

Beberapa kali singgunganku ia jawab dengan senyuman kecil, namun waktu itu dirinya merespon dengan jawaban yang berbeda. Ia berkata, “den, ketahuilah, pernikahan itu bukan hanya masalah waktu, tapi juga masalah tanggung jawab.” Tidak ada kalimat lanjutan setelah itu
.
Saya diam, pertanda setuju, tapi sekaligus juga bingung, karena pasti ada makna yang lebih dalam yang zen pahamidari sekedar yang saya mengerti ketika saya mendengarnya. Sungguh ia pendiam pada waktunya, dan bicara tepat pada waktunya pula. Setiap kalimat yang keluar darinya kusangka hasil dari pemikiran yang menjadi prinsip menjalani hidupnya.  Budaya membaca dan takafur yang tinggi, serta aktif bermajlis ta’lim, mungkin yang membuat ia seperti ini.

“Zen, boleh saya tau apa maksud perkataanmu itu?” saya bertanga lebih hati-hati dengan nada menyelidik.
“sebelumnya saya tidak ingin mengupas ini lebih jauh, tapi tidak mengapa untuk kali ini. Saya mohon kepada allah SWT semoga pembicaraan kita ini dinilai mudzakarah”: jawab zen.

“saya pernah punya teman namaya adam, ia meminta doa kepada gurunya ketika ia hendak menikahi kawan santriwati satu pondok. Setelah itu percakapan pun terjadi diantara mereka. Begini cerita lenngkapnya” kata zen. Lalu ia pun bercerita.
“adam itu tidak tahu apa-apa, yang tahu hanya allah” begitulah kalimat yang keluar dari gurunya yang sekaligu pemimpin pondok pesantren di suatu kota di jawa tengah.
Beliau melanjutkan dengan sebuah tamsil, “jika ada sebuah pabrik motor yang telah memproduksi beberapa jenis motor, dan pabrik itu juga memiliki pengetahuan tentang kriteria calon konsumennya, ketika datang calon konsumen, yang lebih tahu motor mana yang cocok untuknya bukan calon konsumennya, melainkan pabriknya.
Calon konsumen hanya mempertimbangkan factor-faktor yang terlihat saja dari beberapa jenis motor yang di pajang. Tapi sebenarnya, pabrik itu telah memproduksi satu jenis motor yang memang di khususkan untuk masing-masing kriteria, termasuk kriteria calon konsumen tersebut.
Namun karena calon konsumen tidak bertanya, motor mana yang pantas untuk dia, pihak pabrikpun diam tidak memberikan saran atas kebutuhannya itu, dan bisa jadi motor yang calon konsumen pilih lebih mahal harganya, sehingga lebih menguntungka bagi pihak pabrik motor”
Tidak lama berselang, putra gurunya yang yang akrab di panggil “Gus” bertanya kepada sendi, yang waktu itu mengantar adam.
“sen, kalau kamu mau menikah kapan?” tanyanya
“insya allah tiga tahun lagi, gus” jawab sendi.

kalau begitu, mulai dari sekarang sampai tiga tahun ke depan, sebaiknya kamu jangan terlalu mikirin perempuan lain kecuali ibumu” saran gus.

“ketika kamu mulai memikirkan lalu mencari langsung calonmu dalam waktu tiga tahun ke depan, kamu akan banyak lupa tugas utamamu. Kamu akan disibukkan dengan seleksi dari satu perempuan ke perempuan lain, dan waktumu untuk mengabdi serta meningkatka taqwamu (yang itu tugas utama manusia) akan otomatis terkurangi.
Padahal jika kamu tetap dengan tugas utamamu, yaitu meningkatkan taqwa, dan mengurangi memikirkan perempuan di dalam hatimu selama tiga tahun kedepan, Allah yang menugaskan kamu meningkatkan taqwa, akan mempersiapkan untukmu sebaik-baiknya perempuan, Tanpa harus kamu melibatkan langsung dan menghabiskan waktu untuk urusan tersebut."
"Jika kamu berhasil, perempuan itu adalah murni dari Allah SWT, tanpa tercampur hawa nafsu rendahmu” kata Gus menatap seolah menerangkan apa maksud dari perkataan ayahnya.
“ketika berlagak tahu menentukan calonmu, kamu seakan-akan seperti datang ke pabrik motor, tanpa Tanya ini dan itu, kamu langsung menentukan pilihan dan membelinya. Apa itu tindakan yang sehat? Tentunya kurang sehat kan?” Gus memang bermaksud menerangkan apa yang dikatakan ayahnya.
“kamu seakan-akan menjadi mulia dengan berhak menilai dan menentukan bahwa ini cocok, yang itu tidak cocok, yang ini jelek, yang itu cakep tapi tidak baik. Waktumu tersedot percuma, padahal belum tentu umurmu belum tentu sampai tiga tahun lagi” ujar Gus.

Kemudian zen pun berkata kembali dengan helaan nafas yang agak dalam, “saya ini tidak terlalu mulia untuk memilih, dan terlalu hina untuk dipilih. Dan saya tidak ingin kehilangan Allah karena sesuatu. Akan lebih baik kehilangan sesuatu karena Allah. Itulah kesimpulanku dari pengalaman temanku.

"Situasi yang sekarang Allah SWT suguhkan dihadapan saya cukup mengundang saya untuk melatih ego diri” Zen melanjutkan.
“Maksudnya?” sayapun memotong
“saya ini anak bungsu, saudara saya sudah berkeluarga semua, dan saya pikir ayah saya sudah tidak sepantasnya untuk terus mencari rizqi di usianya sekarang, dan di lain hal usahanya memang sudah masuk masa decline. Ketika saya diterima diperusahaan ini, saya telah memutuskan untuk ‘mempensiunkan’ ayah saya dan memanjakan orang tua saya seperti mereka memanjakan saya dulu. Mungkin saudara-saudara saya sudah sibuk dengan keluarganya masing-masing. Allah buat saya lahir belakangan, untuk berbuat apa yang tidak diperbuat oleh saudara-saudara saya."

"Melawan ego itu berat, Den, tapi sungguh jalan keselamatan orang itu berbeda-beda. Ada yang dengan kemiskinannya ia selamat, tapi ada juga dengan kekayaannya ia juga selamat. Ada yang dengan bekerja ia selamat, tapi ada juga orang yang dengan ststus menganggurnya ia selamat, karena ia terus mendekatkan diri kepada Tuhannya, yang ia yakini sebagai sumber pengabulan hajatnya untuk bekerja. Jadi di titik mana kamu berada itu bukan hal penting, namun seberapa jauh hubunganmu dengan penciptamu di titik itu, itulah titik pentingnya.

"Maksudmu ada orang yang sudah menikah selamat, tapi ada juga orang yang dengan status singlenya juga selamat. Tergantung apa yang dilakukan pada masing-masing status tersebut. Begitu ya?” saya coba menegaskan.
Zen pun mengangguk, “Tapi ingat, menikah itu memiliki beberapa keutamaan daripada tidak menikah,” zen melanjutkan.
“disisi lain, saya pun baru lewat satu tahun dari usia nabi kita menikah, jadi mungkin masih wajar jika saya mengabaikan ‘penawaran’ dari beberapa orang” kata Zen diakhiri dengan senyuman khasnya.
Saya pun ikut tersenyum, lalu saya menggodanya, “ terus, bagaimana dengan syahwat, bukannya di usiamu sekarang hal itu sedang menggelegak-gelegaknya?”
“Husssh, emangnya lahar menggelegak,” Zen memotong dan melanjutkan, “pernikahan bukanlah obat untuk untuk mengelak dari maksiat kemaluan seperti zina, itu adalah satu bentuk penyempurnaan tuntutan fithrah manusia. Pasangan hidup adalah anugrah, ketentraman adalah anugrah, cinta adalah anugrah, kasih adalah anugrah, sayang adalah anugrah, yang semuanya adalah fithrah yang didambakan oleh setiap manusia, yang ingin mencinta dan dicinta, ingin menyayangi dan disayangi. Namun apabila fitrah masih juga dicemari  oleh nafsu rendah, pernikahan tidak akan mampu mencegah maksiat, hatta sampai empat istri sekalipun. Bahkan kita sering mendengar seorang pria yang sudah beristri masih ‘jajan’ pula dengan perempuan lain? Yang mampu mencegah zina adalah iman di hati dan fikiran. Jika itu dicapai tanpa nikah pun seseorang itu mampu menjauhi maksiat. Puasa mampu mencegah maksiat bukan karena tidak makan dan minum, namun karena keimanan seseorang itu bertambah lalu kuatlah taqwa dan pikiran akhiratnya."

"Hidupku untuk hari ini sekaligus untuk akhiratku, aku lakukan terus yang terbaik tiap hari, karena aku tidak tahu besok atau lusa aku masih ada di sini atau sudah tiada. Sekarang momennya memanjakan orangtua, maka ku khidmahkan diriku untuk itu. Walaupun jika sudah tiba waktunya nanti aku menikah, mereka akan tetap menjadi perhatianku. Bukankah seorang laki-laki itu sepanjang hidupnya untuk menomersatukan ibunya? Dan sisa umur perempuan setelah menikah untuk menomersatukan suaminya? Ah... sungguh indah aturan islam ini,”

"Sungguh, den, saya tidak ingin menikah hanya karena dorongan syahwat. Saya tidak ingin rumah tanggaku berjalan tanpa visi dan rentetan misi. Visiku adalah bertemu Allah SWT dengan ridha dan diridhai, salah satu misinya adalah berumah tangga. Namun ketika kita belum siap bekalnya, misi akan mengaburkan visi,” kata zen.

“Kita mungkin masih melihat, seorang istri keluar tanpa hijab, tanpa merasa berdosa. Begitupun suami tidak merasa bahwa itu adalah bagian dari tanggung jawabnya. Ketidakpekaan seperti ini akibat kurang ilmu. Bagi mereka yang penting nikah, setelah itu berjalanlah seperti air. Tidak ada bengkeljasadi, apalagi ruhani di dalamnya.
Tidak sedikit, dengan adanya pernikahan, hidup seseorang menjadi semerawut, shalat telat bahkan ditinggal, dengan alasan sibuk bekerja, jadi berani menipu, membawa rizqi syubhat bahkan haram ke rumahnya, dan lain-lain. Bahkan saya pernah dengar curhat bahwa dirinya sedang dalam ancaman istrinya. Sungguh aku tidak habis pikir, kok ada dan bisa seorang istri mengancam suaminya, ataupu sebaliknya seorang suami berlaku kasar kepada istrinya? Dan jika ditanyakan alasannya, semua dilakukan dengan alasan untuk keluarga. Mungkin jadi pertanyaan lanjutan, keluarga yang mana? Jawabannya, keluarga yang aktivitasnya didasarkan pada hawa nafsu rendah tadi, keluarga yang berstandarkan gengsi, bukan berstandarkan fungsi.
Untuk mengetahui fungsi masing-masing suami dan istri, tidak ada jalan lain melainkan dengan ilmu yang telah dibawa sempurna oleh nabi kita, Muhammad SAW, dan ilmu itu di dapat ketika kita mau belajar. Oleh karena itu kupersiapkan ilmunya dari sekarang,” kata zen.

:Apalagi jika kita menghubungkannya dengan bagaiman seharusnya mendidik anak, akan lebih kompleks lagi. Habib umar bin hafidz pernah berkata bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk menjelaskan kepada yang lainnya ihwal amanat Allah yang harus diemban. Namun yang paling berkewajiban dalam hal ini adalah orang tua terhadap anaknya”.
“amanat apa itu zen? Saya memotong.
“menjadi khalifah di muka bumi den. Habib umar melanjutkan bahwa, jika setiap orang tua mengajari anaknya dan mempersiapkan diri mereka untuk memikul amanat ini, dunia akan menjadi tentram dan aman, karena rahmat Allah akan diturunkan kepada mereka. Nah, bagaimana bisa seorang anak mengerti apa arti amanat penciptaannya jika orangtuanya sendiri mengabaikan hal itu?”
“sungguh rumah tangga itu ibarat surga bocor. Surga belum surga sebenarnya. Karena allah SWT telah berfirman bahwa istri-istri itu diciptakan supaya kita tentram. Jika dalam sebuah pernikahan kita tidak menemukan nilai-nilai surga, ada yang perlu di koreksi di dalamnya.
Istri yang kita nikahi nanti tidaklah semulia khadijah, tidaklah setakwa aisyah, dan tidak setabah Fatimah. Justru istri hanyalah wanita akhir zaman yang harus punya cita-cita nmenjadi shalihah. Dan kusadari juga, diriku bukan Muhammad bin Abdullah, bukan pula Ali bin Abi thalib. Aku hanyalah laki-laki yang sedang belajar mengenali dan mencintai kepribadian merekayang mulia, dan berharap ketika aku menikah akan dipasangkan dengan pasangan yang sedang berusaha pula mendekati kepribadian mereka, wanita termulia.

Oh iya, aku punya joke tentang ini” kata zen.
“apa itu?” aku langsung sumringah dan penasaran setelah dari tadimendengar ucapan-ucapannya yang begitu dalam.
“jadi ini tentang dialog si A dan saya ya” kata zen sambil senyum-senyum.
A: “Zen, mau nikah ya?”
Zen: “Insya allah maulah, kan sunnah Rasulullah”.
A:”sudah punya calon?”
Zen: “Alhamdulillah sudah”
A: “ siapa dia?”
Zen: “insya Allah dia adalah perempuan pilihan allah”
A: “mengapa mau nikah sama dia?”
Zen: “”insya allah memilih dia karena allah”
A: “bagaimana nanti ketemunya?””
Zen: “yakin saja, allah punya cara yang tidak pernah kita duga. Percaya saja sama allah.”
A: “lah kapan dong nikahnya?”
Zen: Hmmm… allah mahatahu kok kapan waktu yang tepat dan terbaik”
A: “terus dimana ketemunya?”
Zen: “ tenang… masih di bumi Allah kok, kalau toh memang tidak di dunia insya allah di surga-Nya”
A: “jadi…”
Zen: “serahkan kepada allah saja, niatka untukmenggapai ridha-Nya semata. Insya allah beres”

“whahahhaha…” aku langsung tertawa mendengarnya. “zen… zen… ada-ada saja. Sungguh aku emndapat pengalaman baru. Terima kasih zen.